Kamis, 13 Oktober 2011

fungsi wbs

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek handal adalah kemampuan dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek. Dalam hal ini, seorang manajer proyek harus mampu memastikan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proyek adalah aktivitas yang berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah memenuhi kebutuhan proyek. Dengan kata lain, manajemen ruang lingkup proyek memiliki fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan dalam menyelesaikan suatu proyek.
Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer proyek dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek, yaitu : 
1.  Perencanaan ruang lingkup proyek.
Pada tahap ini, manajer proyek akan mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek akan didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta merencanakan bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup proyek.
 2.  Mendefinisikan ruang lingkup proyek.
Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan didefinisikan secara terperinci sebagai landasan untuk pengambilan keputusan proyek dimasa depan.
 3.  Membuat Work Breakdown Structure.
WBS merupakan pembagian deliverables proyek berdasarkan kelompok kerja. WBS dibutuhkan karena pada umumnya dalam sebuah proyek biasanya melibatkan banyak orang dan deliverables, sehingga sangat penting untuk mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci lagi.
 4.  Melakukan verifikasi ruang lingkup proyek.
Tahap ini merupakan tahap dimana final project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk diverifikasi.
 5.  Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek.
Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek mengalami perubahan. Untuk itu, perlu dilakukannya kontrol terhadap perubahan ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan mengakibatkan meluasnya ruang lingkup proyek.

fungsi cpm

Critical Path Method (CPM)
CPM merupakan suatu metode dalam mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. Untuk membuatnya dapat secara manual matematis. Cukup rumit apalagi item pekerjaan yang banyak dan kompleks. Namun saat ini banyak software yang menyediakan fasilitas untuk mendapatkan CPM.
CPM merupakan produk turunan dari Bar Chart. CPM lebih jarang digunakan dalam proyek dibandingkan dengan Kurva-S. Pada kenyataannya banyak pelaku proyek (Kontraktor, Pengawas, dan Owner) belum familiar dengan alat yang satu ini kecuali untuk yang sudah memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang memadai. Namun jumlahnya masih belum seberapa.
Penggunaan CPM baru sebatas syarat yang harus diajukan oleh kontraktor dalam lelang. Setelah itu dalam pelaksanaannya, hampir tidak pernah dipakai. Seharusnya CPM yang dibuat pada saat tender, menjadi baseline dalam monitoring pelaksanaan proyek.
Berdasarkan pengalaman di proyek, metode CPM sebenarnya sangat powerfull dalam membantu proyek keluar dari masalah keterlambatan. Asal perencanaan awalnya dibuat cukup memadai. Berikut diberikan contoh CPM di proyek:
Contoh sederhana CPM

Contoh aplikasi CPM dengan Software

CPM mengilustrasikan terlambat atau tidak proyek dalam bentuk waktu akhir pelaksanaan proyek. CPM berisi uraian pekerjaan yang berada di jalur kritis. Pekerjaan-pekerjaan yang berada di jalur kritis harus dijaga oleh Tim Proyek. Start-Finish-Duration item pekerjaan yang berada pada jalur kritis harus tidak boleh meleset karena akan menyebabkan waktu pelaksanaan akan mundur atau terlambat.