Senin, 27 September 2010

Spontaneous Human Combustion (Manusia Terbakar Tiba-Tiba)

Spontaneous Human Combustion (SHC) atau pembakaran spontan manusia adalah fenomena ketika seorang manusia terbakar menjadi abu tanpa sebab yang diketahui secara pasti. Peristiwa Ini dianggap sebagai salah satu misteri terbesar yang masih belum terjawab, bahkan setelah 350 tahun sejak kasus pertama dilaporkan.
Sejarah Spontaneous Human Combustion
Fenomena SHC pertama kali diketahui secara luas oleh publik dari seorang ahli anatomi Denmark bernama Thomas Bartholin. Pada tahun 1663, ia menceritakan bagaimana seorang wanita di Paris ditemukan telah menjadi abu dan asap di atas tempat tidurnya. Anehnya, matras jerami tempat ia berbaring sama sekali tidak gosong.
Pada tahun 1673, fenomena ini mulai mendapat perhatian cukup besar ketika seorang Perancis bernama Jonas Dupont mempublikasikan kasus-kasus SHC yang berhasil dikumpulkannya dalam sebuah buku yang berjudul “De Incendiis Corporis Humani Spontaneis“.
Sejak cerita Thomas Bartholin pertama kali terdengar hingga kini, paling tidak terdapat 200 laporan mengenai peristiwa misterius ini.
Pola Korban Spontaneous Human Combustion
Dari 200 laporan yang masuk, terdapat pola yang hampir sama ditemukan pada semua tubuh korban atau lokasi kejadian.
Tubuh korban umumnya telah terbakar habis dan hampir seluruhnya menjadi abu. Ini menunjukkan api yang membakar lebih panas dibanding api biasa. Biasanya yang tersisa dari korban hanyalah potongan tangan atau kaki. Pada sebagian kasus, perut korban masih tersisa sedikit, sedangkan tulang sepenuhnya menjadi abu.
Dalam peristiwa ini, benda-benda di sekitar korban tidak pernah terbakar. Dalam beberapa kasus, bahkan seprai tempat korban tidur tidak terbakar sama sekali.
Di lokasi kejadian, umumnya juga ditemukan substansi seperti lemak menyelimuti langit-langit dan dinding. Biasanya lapisan lemak ini mencapai hingga satu meter di atas lantai. Objek-objek yang berada dalam area satu meter ini menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat panas, seperti cermin yang retak atau lilin yang meleleh.
Umumnya peristiwa ini terjadi ketika korban sedang berada di dalam rumahnya sendiri dan petugas koroner yang tiba di lokasi biasanya mencium bau asap dan bau manis di ruangan tempat insiden tersebut terjadi.
Korban-korban ternama
Dari 200 laporan yang masuk dalam jangka waktu 350 tahun, inilah beberapa korban yang paling sering disinggung dalam tulisan-tulisan mengenai SHC.
Pada 9 April 1744, Grace Pett yang berumur 60 tahun yang tinggal di Ipswich, Inggris, ditemukan oleh putrinya dalam kondisi seperti “sepotong kayu yang termakan habis oleh api tanpa terlihat adanya lidah api di tubuhnya.” Pakaian yang tergantung di dekat mayat korban sama sekali tidak terlihat tanda-tanda hangus.
Pada tahun 1951, seorang janda berusia 67 tahun bernama Mary Reeser sedang berada di rumahnya di Florida. Pada saat itu seorang tetangganya yang hendak berkunjung merasakan pintu depan rumah Mary menjadi panas. Ketika ia dan beberapa tetangga lain menerobos masuk, mereka menemukan Mary sedang duduk di kursi dalam kondisi mengenaskan. Kepala dan tubuhnya telah terbakar habis dan hanya menyisakan sedikit tulang belakang dan kaki kirinya.
Pada 18 Mei 1957, Anna Martin, 68 tahun, yang berasal dari Pennsylvania ditemukan telah menjadi abu dengan hanya menyisakan sedikit bagian perut dan sepasang sepatu. Para petugas medis memperkirakan Anna Martin terbakar oleh api dengan suhu hingga 2.000 derajat fahrenheit, setara dengan suhu api yang digunakan dalam proses kremasi.
Pada 5 Desember 1966, seorang kakek berusia 92 tahun bernama Dr. J Irving Bentley juga dari Pennsylvania ditemukan telah tewas terbakar. Tubuh Dr Bentley habis terbakar di kamar mandinya dengan hanya menyisakan satu potong kakinya.
Saksi Peristiwa
Bayangkan, betapa mengerikannya ketika kita melihat seseorang yang kita kenal terbakar di depan mata kita. Ini pula yang terjadi pada beberapa peristiwa SHC di masa lalu.
Pada tahun 1938, seorang wanita berusia 22 tahun bernama Phyllis Newcombe baru saja selesai berdansa dan bersiap meninggalkan Shire Hall di Chelmsford, Inggris. Sementara ia berjalan menuruni tangga, tiba-tiba ia melihat pakaiannya terbakar tanpa sebab. Ia segera berlari masuk ke ballroom sambil berteriak meminta tolong. Sesaat kemudian ia jatuh tidak sadarkan diri. Beberapa orang yang panik segera bahu membahu memadamkan api yang menjilati Ms Newcombe. Namun sayang, nyawanya tidak tertolong lagi. Petugas koroner yang menyelidiki kasus ini tidak menemukan indikasi adanya rokok atau sumber api lain yang dapat memicu timbulnya api.
Pada tahun 1982, seorang wanita cacat bernama Jean Lucille Saffin sedang duduk dengan ayahnya yang berusia 82 tahun di Edmonton, London. Menurut cerita ayahnya, tiba-tiba lidah api muncul begitu saja dan menjilat tubuh anaknya. Ia melihat tubuh bagian atas Jean mulai terbakar. Ia dan menantunya berhasil memadamkan api, namun nyawa Jean tidak tertolong.
Lain lagi kisah yang satu ini. Pada September 1985, seorang perempuan muda bernama Debbie Clark sedang berjalan kaki pulang ke rumahnya ketika tiba-tiba ia melihat lidah api berwarna biru yang sesekali terlihat muncul di tubuhnya. Debbie yang tidak menyadari situasi berbahaya ini segera memberitahu ibunya yang panik yang segera memadamkannya dengan air.
Hal yang serupa juga pernah terjadi pada tahun 1980 ketika Susan Motteshead yang sedang berada di dapurnya melihat dirinya tiba-tiba diselubungi oleh api. Namun api tersebut tiba-tiba lenyap sebelum sempat membakar tubuhnya lebih lanjut.
Anehnya, menurut para saksi yang selamat, mereka tidak merasakan adanya rasa panas atau sakit. Kesaksian ini menambah kadar misteri fenomena ini. Apakah ini berarti para korban tewas tanpa merasakan rasa sakit ?
Teori-teori
Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan penyebab peristiwa aneh ini. Teori-teori ini pada awalnya diajukan dengan melihat pola yang ada pada para korban.
Memang, dari 200 laporan SHC yang masuk, tidak semua, tapi pada umumnya korban SHC memiliki beberapa kesamaan :
  1. Mereka umumnya adalah para manula.
  2. Memiliki cacat atau keterbatasan gerak tubuh. Wanita yang ditemukan di Brevard County, Florida, yang saya ceritakan di paragraf pertama juga memiliki kesulitan gerak walaupun ia bisa berjalan.
  3. Perokok dan peminum
  4. Orang-orang yang kesepian atau hidup sendiri untuk waktu yang lama.
Jadi dengan melihat pola-pola ini, beberapa peneliti mencoba untuk memberikan penjelasan ilmiah mengenai penyebab fenomena ini.
Teori-teori tersebut adalah :
Alkohol
Kebanyakan korban SHC adalah alkoholik. Ada beberapa klaim yang mengatakan bahwa seorang peminum alkohol dapat mencapai level dimana alkohol di dalam darahnya dapat membuatnya terbakar. Namun teori ini dianggap tidak berdasar karena ethanol hanya dapat terbakar apabila konsentrasinya lebih besar dari 23%.
Teori ini menjadi tidak masuk akal karena jika manusia memiliki konsentrasi 1% saja di dalam darahnya, maka bisa dipastikan orang itu akan mengalami kematian.
Wick Effect atau efek sumbu
Teori ini menyebutkan bahwa tubuh manusia ketika tersentuh dengan api rokok dapat menyebabkan timbulnya api yang membakar tubuh. Menurut para peneliti juga, lemak di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai substansi pembakar. Sedangkan pakaian atau rambut korban berfungsi sebagai sumbu. Sementara lemak tubuh mencair karena panas, ia membasahi pakaian dan membuat “sumbu” terbakar secara perlahan-lahan. Ini sebabnya mengapa tubuh mereka terbakar sedangkan benda-benda sekitarnya tidak.
Ketika teori ini diajukan, orang-orang bertanya, bagaimana menjelaskan potongan kaki atau tangan yang tersisa dari tubuh korban ? Jawabannya adalah level temperatur pada tubuh korban, Masih menurut para peneliti, ketika dalam posisi duduk, tubuh bagian atas korban menjadi lebih panas dibanding kakinya. Analoginya adalah seperti ketika kita menyalakan korek api. Api akan membakar kepala dan perlahan-lahan turun ke bawah. Tapi biasanya api akan mati sebelum membakar habis seluruh batang korek sehingga menyisakan sedikit batang korek bagian bawah.
Teori ini cukup masuk akal, namun permasalahannya adalah kapan tubuh manusia dapat menciptakan wick effect ini ?
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab hingga hari ini.
Listrik Statis
Teori lain mengatakan bahwa mungkin jenis pakaian korban telah memicu timbulnya listrik statis. Seseorang yang berjalan di atas karpet dapat menciptakan aliran listrik dan voltase yang cukup untuk menciptakan percikan-percikan api.
Namun teori ini juga dibantah, karena walaupun voltase listrik yang dihasilkan cukup tinggi, energi yang tersimpan sangat rendah, biasanya kurang dari 1 joule. Ini tidak cukup untuk menciptakan api.
Psikosomatik
Sebagian korban yang ditemukan meninggal adalah mereka yang hidup sendiri atau kesepian. Jadi menurut sebagian peneliti, proses psikosomatik yang terjadi mungkin telah menimbulkan reaksi berantai dengan memproses nitrogen di dalam tubuh mereka dan menimbulkan reaksi berantai ledakan mitokondria. Teori ini juga dianggap terlalu mengada-ngada.
Gas dan listrik di dalam tubuh manusia
Dari antara semua teori yang diajukan, mungkin ini adalah teori yang paling masuk akal. Kita tahu bahwa tubuh manusia mengandung listrik dan di dalam tubuh manusia juga terdapat gas yang dapat menyalakan api. Contohnya adalah gas metana di dalam usus. Teori ini mengatakan SHC dapat terjadi ketika gas metan ini bercampur dengan listrik di dalam tubuh.
Sekali lagi, teori yang masuk akal. Namun pertanyaannya adalah, kapan listrik dan metan di dalam tubuh dapat menciptakan api. Pertanyaan ini lagi-lagi belum terjawab.
Hangus karena tertidur
Dan sekarang, inilah teori yang paling sederhana. Menurut sebagian orang, penyebab terbakarnya tubuh korban dapat disimpulkan dari ciri-ciri korban seperti yang sudah saya singgung di atas. Para korban yang ditemukan umumnya sedang merokok atau mabuk dan sendirian. Korban juga pada umumnya berusia lanjut atau memiliki kendala pada tubuh seperti cacat.
Jadi ketika mereka tertidur, rokok yang dipegang oleh mereka jatuh, membakar karpet dan akhirnya menjalar ke tubuhnya. Karena mereka memiliki kendala gerak pada tubuhnya, maka mereka tidak mampu menyelematkan diri hingga tewas di tempat. Sederhana sekali kan ?
Tapi teori ini dianggap mengabaikan fakta bahwa di tempat penemuan mayat korban, benda-benda sekitar bahkan tempat tidur atau kursi tidak ditemukan hangus sama sekali. Ini menunjukkan bahwa sumber api sepertinya berasal dari dalam tubuh korban, bukan dari luar.
Kejahatan Terencana
Dan akhirnya, inilah teori yang paling sederhana diantara yang paling sederhana. Teori ini mungkin diajukan oleh peneliti yang malas berpikir. Menurut mereka, kematian korban adalah akibat kejahatan. Tubuh mereka yang hangus adalah usaha dari sang penjahat untuk menghilangkan jejak. So Lame….teori ini mengabaikan begitu banyak fakta sehingga tidak pernah dilirik oleh para peneliti yang kredibel.

10 bencana alam terdahsyat dalam sejarah AS

1. Tri-State Tornado – 18 Maret 1925
Selama lebih dari tiga setengah jam, Tri-State Tornado menjadi tornado paling mematikan yang merobek-robek daratan utama AS. Tornado ini membunuh 700 orang dan menghancurkan lebih dari 15.000 ribu rumah di wilayah Illinois, Indiana, dan Missouri. Setelah bencana ini, pemerintah setempat mulai mengembangkan sistem peringatan tornado yang diharapkan dapat menekan angka kematian jika bencana kembali datang.2. Kebakaran Peshtigo – 8 Oktober 1871
Kebakaran yang tidak terlalu menyorot perhatian publik di wilayah Wisconsin dan terjadi bersamaan dengan Kebakaran Hebat Chicago ternyata menjadi kebakaran paling mematikan pada tahun itu. Kota Peshtigo, kota yang dilanda kekeringan itu dilalap si jago merah ketika angin kencang membawa api-api kecil dari padang yang terbakar. Api yang semakin tak terkendali terus merembet dan mencapai sisi lain dari sungai Peshtigo, membuat kota tersebut terperangkap dari dua sisi. Saat api berhasil dijinakkan, 1200 orang tewas dan dua belas kota hangus terbakar.3. Banjir Johnstown – 31 Mei 1889
Pada akhir abad 19, komunitas industri kecil di Johnstown, Pennsylvania memperoleh reputasi sebagai produsen besi baja berkualitas tinggi. Semua ketenaran itu tersapu bersih saat bendungan South Fork yang kurang terawat di atas gunung, sekitar 14 mil dari kota, bobol akibat hujan yang terus menerus turun. Air sebanyak 20 juta ton menghancurkan kota Johnstown dengan kekuatan setara dengan air terjun Niagara. Banjir ini membunuh 2209 orang dan menenggelamkan 1600 rumah.4. Gelombang Panas 1988 – Musim Panas 1988
Kekeringan yang melanda dan menghancurkan perekonomian agrikultur AS semakin diperburuk oleh serangan gelombang panas pada 1988. Kerugian pada sektor agrikultur akibat bencana ini melebihi US$ 61 miliar. Kondisi kekeringan ini memicu kebakaran yang melanda Taman Nasional Yellowstone dan Gunung Rushmore pada musim panas 1988. Sekitar 5000 hingga 10000 orang terkena berbagai komplikasi kesehatan akibat panas yang sangat menyengat ini.5. Gelombang Panas 1980 – Musim Panas 1980
Serangan gelombang panas di tahun 1980 terbukti menjadi salah satu kondisi cuaca terburuk dalam sejarah AS. Temperatur bertekanan tinggi melanda pusat AS dan AS bagian selatan, menekan suhu hingga mencapai 90 derajat Fahrenheit (32,2 derajat Celsius). Sebanyak 10000 orang meninggal dunia akibat hawa panas dan berbagai penyakit dari stres berkepanjangan. Kerusakan agrikultur diestimasi sebesar US$ 48 miliar.6. Angin Topan Okeechobee – 16 September 1928
Saat para penghuni Lake Okeechobbee yang tengah mengungsi mengetahui angin topan yang diprediksi tidak datang sesuai jadwal, mereka pun kembali pulang. Namun sial melanda pada sore hari menjelang malam pada tanggal 16 September. Badai tersebut ternyata datang. Angin topan berkecepatan 140 mph (225 kph) itu menghancurkan kota kecil di pinggir danau dan menyebabkan banjir hebat selama berminggu-minggu. Sekitar 2500 nyawa melayang akibat musibah ini.
7. Kebakaran dan Gempa Bumi Dahsyat San Francisco
Penduduk San Francisco terbangun di pagi hari oleh gempa bumi berkekuatan 7,7 hingga 7,9 skala Richter yang berlangsung kurang dari satu menit. Walau hanya sebentar, gempa ini mengakibatkan kebakaran hebat di berbagai penjuru kota selama empat hari berturut-turut. Tak hanya merusak saluran gas kota, gempa juga merusak jaringan air bawah tanah.
Pemadam kebakaran pun kesulitan karena kekurangan air. Saat api berhasil dipadamkan, 3000 nyawa melayang dan lebih dari 500 blok terbakar. 225.000 orang yang berha
8. Debu Dust Bowl – Awal 1930
Pada awal 1930, padang Great Plains adalah surga para petani. Permintaan akan gandum yang terus meningkat memaksa para petani untuk lebih menggarap lahan gembur di wilayah selatan padang tersebut. Tanah yang terus menerus digarap menyebabkan erosi, karena akar rumput dan pohon yang ada di Great Plains digantikan oleh bibit gandum.
Bencana yang sebenarnya terjadi pada saat kekeringan melanda. Lapisan luar tanah ternyata berubah menjadi debu dalam jumlah masif dan tersapu oleh angin kencang ke arah timur, menyebabkan langit sekitar hingga kawasan pantai Atlantik menjadi gelap. Hampir sebagian besar hasil cocok tanam hancur oleh musibah ini. Sementara para petani yang berjumlah sekitar setengah juta orang, kehilangan pekerjaannya.
9. Badai Katrina – 29 Agustus 2005
Badai Atlantik yang semua dikategorikan sebagai badai kategori 1 ini ternyata menjadi musibah pantai terburuk dalam sejarah AS. Badai Katrina menyapu bersih kawasan pantai Louisiana dengan kecepatan 125 mph (201,1 kph), merusak tanggul pelindung New Orleans, dan menenggalamkan 80 persen kota sekitar. Katrina membunuh sekitar 1836 orang dan menyebabkan kerusakan senilai US$ 125 miliar. 
10. Badai Galveston – 8 September 1900
Galveston dikenal pada akhir abad ke-19 sebagai “Mutiara Texas” hingga akhirnya dilanda bencana alam terdahsyat sepanjang sejarah AS. Badai kategori 4 dengan kecepatan 135 mph (217,26 kph) menghantam kota terbesar Texas penghasil kapas ini pada pagi hari, menghancurkan hampir semua bangunan dengan gelombang air setinggi 15 kaki.
Pada petang hari setelah musibah tragis itu, seluruh pulau tenggelam, bak Atlantis. Sekitar 8000 orang dinyatakan hilang. Walaupun kota ini berhasil dibangun kembali, kesejahteraan kota yang memiliki reputasi sebagai “New York kawasan Selatan” ini tidak pernah datang lagi.